Senin, 24 Agustus 2009

KISAH IBLIS SEBAGAIMANA YANG DICERITAKAN ROSULULLAAH SAW

> Saudaraku, saya mencoba menuliskan tentang kisah percakapan antara Rosulullaah Saw dengan Iblis jahanam, Insya Allaah banyak yang dapat kita petik dari sini, selamat membaca buat yang belum tahu.
> Segala puji bagi Allaah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam sejahtera semoga senantiasa dilimpahkan kepada seorang Nabi yang ummi, Muhammad Saw dan kepada keluarganya yang bersih serta seluruh sahabatnya yang mulia.

> Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra, dari Ibnu Abbas ra yang berkisah : “Kami bersama Rosulullaah Saw di rumah seorang sahabat Anshor, di mana saat itu kami di tengah-tengah jama’ah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, ‘Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku.” 
> Rosulullah Saw bertanya kepada para jama’ah, “Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil di luar?”
> Mereka menjawab, “Tentu Allaah dan Rosul-Nya lebih tahu.”
Lalu Rosulullaah Saw menjelaskan, “ini adalah iblis terkutuk – semoga Allah Swt senantiasa melaknatnya.”
> Kemudian Umar ra meminta izin kepada Rosulullaah sembari berkata, “Ya Rosulullaah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?”
> Beliau menjawab: “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk makhluk yang tertunda kematiannya sampai batas yang telah diketahui (hari kiamat)? Akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuknya. Sebab ia diperintah untuk datang kesini, maka pahamilah apa yang ia ucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia ceritakan kepada kalian?”
> Ibnu Abbas berkata: “Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah matanya. Ia berjenggot sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak matanya terbelah ke atas (tidak kesamping). Sedangkan kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar saperti taring babi. Sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau. Ia datang sambil memberi salam. “Assalammu’alaikum ya Muhammad, Assalammu’alaikum ya jamaa’atal-muslimin.” Kata Iblis.
> Nabi menjawab,” Assalamu lillaah ya la’iin (Keselamatan hanya milik Allaah wahai makhluk yang terkutuk). Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu tersebut eahai Iblis?” 
> “Wahai Muhammad, saya datang ke sini bukan atas kemauanku sendiri, tapi saya datang ke sini karena terpaksa,” tutur Iblis.
“Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai makhluk terkutuk?” tanya Rosulullaah. 
> Iblis menjawab: “Telah datang kepadaku seorang malaikat yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Agung, dimana utusan itu berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya Allaah Swt memerintahkanmu untuk datang kepada Muhammad Saw sementara engkau adalah makhluk yang rendah dan hina. Engkau harus memberi tahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anah cucu Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad dengan jujur. Maka demi Kebesaran dan Keagungan Allaah, jika engkau menjawabnya dengan bohong , meskipun hanya sekali, sungguh engkau akan Allaah jadikan debu yang bakal dihempaskan oleh angin kencang, dan musuh-musuhmu akan merasa senang.” Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang kepadamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku. Maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawabnya dengan jujur, maka musuh-musuhku akan merasa senang atas musibah yang bakal saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku dari pada bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku.”
> Rosulullaah mulai melemparkan pertanyaan kepada Iblis, “Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka coba ceritakan kepadaku, siapa orang yang paling engkau benci?”
> Iblis menjawab dengan jujur, “Engkau, wahai Muhammad, adalah orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu.”
> “Lalu siapa lagi yang paling engkau benci?” tanya Rosulullaah.
> “Seorang pemuda yang bertaqwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allaah Swt.” jawab Iblis.
> “Siapa lagi?”, tanya Rosulullaah.
> “Orang ‘alim yang wara’ (menjaga diri dari syubhat) lagi sabar,” jawab Iblis.
> “Siapa lagi?” tanya Rosulullaah.
> “Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar, hadats kecil, dan najis), tutur Iblis.
> “Siapa lagi?” tanya Rosulullaah.
> “Orang fakir yang senantiasa bersabar, yang tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak pernah mengeluh akan penderitaan yang dialaminya.” jawab Iblis.
> “Lalu darimana engkau tahu kalau ia bersabar.?” tanya Rosulullaah.
> “Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaannya kepada makhluk yang sama dengannya selama tiga hari, maka Allah tidak akan mencatat perbuatannya dalam kelompok orang-orang yang bersabar,” jelas Iblis.
> “Lalu siapa lagi wahai Iblis?” tanya Rosul.
> “Orang kaya yang bersyukur,” tutur Iblis.
> “Lalu apa yang bisa memberitahu kepadamu, bahwa ia bersyukur?” tanya Rosulullaah.
> “Bila saya melihatnya ia mengambil kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempatnya,” tutur Iblis.
>“Bagaimana kondisimu bila ummatku menegakkan sholat?” tanya Rosulullaah.
> “Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar,” jawab Iblis.
> “Bagaimana kondisimu jika ummatku menjalankan sholat?” tanya Rosulullaah.
> “Sesungguhnya apabila seorang hamba bersujud kepada Allaah sekali sujud, maka Allaah akan mengangkatnya satu derajat (tingkat). Apabila ia berpuasa, maka saya terikat sampai mereka berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan manasik haji, maka saya jadi gila. Apabila mereka membaca Al-Qur’an, maka saya akan meleleh (mencair) seperti timah yang dipanaskan dengan api. Apabila mereka bersedekah maka seakan-akan orang bersedekah tersebut mengambil kapak lalu memotong saya menjadi dua,” jawab Iblis.
> “Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan Iblis)?” tanya Rosulullaah.
> “Sebab dalam sedekah ada empat perkara yang perlu diperhatikan. Dengan sedekah itu, Allah akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan disenangi di kalangan makhluk-Nya, dengan sedekah itu pula Allaah akan mejadikan suatu penghalang antara neraka dengannya dan akan menghindarkan segala bencana dan penyakit,” tutur Iblis menjelaskan.
> “Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar?” tanya Rosulullaah.
> “Ia sewaktu jahiliyyah saja tidak pernah ta’at kepadaku, apalagi setelah masuk Islam,” tutur Iblis.
> “Bagaimana dengan Utsman?” tanya Rosulullah.
> “Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya,” jawab Iblis.
> “Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Tholib?” tanya Rosulullaah.
> “Andaikan saya bisa selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya, ia meninggalkanku dan saya pun meninggalkannya. Akan tetapi ia tidak pernah melakukan hal itu sama sekali,” tutur Iblis.
> “Segala puji bagi Allaah yang telah menjadikan ummatku bahagia dan mencelakakanmu sampai pada waktu yang telah ditentukan,” tutur Rosulullaah.
> “Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak akan mati sampai pada waktu yang telah ditentukan.” Jawab Iblis.
> “Siapa menurut engkau hamba-hamba Allaah yang mukhlis itu?” tanya Rosul
> Iblis menjawab dengan panjang lebar, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka dirham dan dinar (harta) adalah belum bisa murni karena Allaah Swt. Apabila saya melihat seseorang sudah tidak menyukai dirham dan dinar, serta tidak suka dipuji, maka saya tahu bahwa ia adalah orang yang mukhlis karena Allaah, lalu saya tinggalkan. Sesungguhnya seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sedangkan hatinya selalu bergantung pada kesenangan-kesenangan duniawi, maka ia akan lebih taat kepadaku daripada orang-orang yang telah saya jelaskan kepadamu tadi. Dan apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang [aling besar? Apakah engkau tidak tsahu wahai Muhammad, bahwa cinta kedudukan adalah termasuk dosa yang paling besar? Apakah engkau tidak tahu, saya memiliki tujuh puluh ribu anak, sedangkan setiap anak dari jumlah tersebut memiliki tujuh puluh ribu setan. Di antara mereka ada yang sudah saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang sudah tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak-anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Di antara mereka juga ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang tekun beribadah, dan ada juga yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang zuhud. Mereka keluar masuk dari kondisi ke kondisi lain, dari satu pintu ke pintu lain, sehingga mereka berhasil dengan ara apa pun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya, sehingga mereka beribadah kepada Allaah dengan tidak ikhlas,sementara mereka tidak merasakan hal itu. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa Barshish seorang rahib (pendeta) yang berbuat ikhlas karena Allaah selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan do’anya ia sanggup menyelamatkan orang-orang yang sakit. Akan tetapi saya tidak berhenti untuk menggodanya sehingga ia sampai berbuat zina dengan seorang peempuan, membunuh orang dan mati dalam kondisi kafir? Inilah yang disebutkan oleh Allaah dalam Kitab-Nya dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr (59) ayat 16, yang artinya: “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia: ‘Kafirlah kamu,’ maka tatkala manusia itu telah jafir ia berkata, ‘Sesubgguhnya aku cuci tangan darimu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allaah, Tuhan semesta alam.”
> Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu dari saya, saya adalah orang yang berbohong pertama kali. Orang yang berbohong adalah temanku. Barang siapa bersumpah atas Nama Allaah, dengan berbohong maka ia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa saya pernah bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan atas Nama Allaah, ‘Bahwa saya akan memberi nasihat kepada kalian berdua.’ Maka sumpah bohong itu menyenangkan hatiku. Sedangkan menggunjing dan mengadu domba adalah santapan dan kesukaanku. Kesaksian palsu (dusta) adalah penyejuk mataku dan kesenanganku. Barang siapa bersumpah untuk menceraikan istrinya (talak), maka hampir tidak bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikata itu benar, yang karenanya orang membiasakan lidahnya mengucapkan kata-kata tersebut, istrinya akan menjadi haram. Kemudian dari pasangan tersebut menghasilkan keturunan sampai hari kiamat nanti yang semuanya hasil dari anak-anak zina. Sehingga seluruhnya masuk neraka hanya gara-gara satu ucapan.
> Wahai Muhammad, sesungguhnya di antara ummatmu ada orang yang suka menunda-nunda sholatnya dari waktu ke waktu. Ketika ia hendak menjalankan sholat maka saya selalu berada padanya dan mengganggu sembari berkata kepadanya, ‘Masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan.’ Sehingga ia menunda sholatnya, dan kemudian sholat di luar waktunya. Akibatnya dengan sholat yang dikerjakan di luar waktunya itu akan dipukulkan di kepalanya oleh Allaah. Kalau saya merasa kalah, maka saya mengirim kepadanya salah seorang dari setan-setan manusia yang akan menyibukkan waktunya. Kalau dengan usaha itu saya masih kalah, maka saya tinggalkan sampai ia menjalankan sholat. Ketika dalam sholatnya saya berkata kepadanya, ‘Lihatlah ke kanan dan ke kiri.’ Akhirnya ia melihat. Maka pada saat itu wajahnya saya usap dengan tangan saya, kemudian saya menghadap di depan matanya sembari berkata,’Engkau telah melakukan apa yang tidak akan menjadi baik selamanya.’
> Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang banyak menoleh dalam sholatnya, Allaah akan memukul kepalanya dengan sholatnya tersebut. Kalau dalam sholat ia sanggup mengalahkan saya. Sementara ia sholat sendirian, maka saya perintahkan untuk tergesa-gesa. Maka ia mengerjakan sholat seperti ayam yang mencocok benih-benih jagung untuk dimakan dan segera meninggalkannya. Kalau ia sanggup mengalahkan saya, dan sholat berjama’ah, maka saya kalungkan rantai di lehernya. Ketika ia sedang ruku’ saya tarik kepalanya ke atas sebelum imam bangun dari ruku’ dan saya turunkan sebelum imam turun. 
> Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang melakukan sholat seperti itu, maka batal sholatnya, dan di hari Kiamat nanti Allaah akan menyalin kepalanya dengan kepala keledai. Kalau dengan cara tersebut saya masih kalah, maka saya perintahkan meremas-remas jari-jemarinya sehingga bersuara, sedangkan ia sedang sholat, karenanya ia termasuk orang-orang yang bertasbih kepadaku, padahal ia sedang sholat. Kalau dengan cara tersebut masih juga tidak mempan, maka saya tutup hidungnya sehingga ia menguap, sementara ia sedang sholat. Kalau ia tidak mampu menutup mulutnya dengan tangannya maka setanpun masuk ke dalam perutnya, sehingga ia semakin rakus dengan dunia dan berbagai perangkapnya. Ia akan selalu mendengar dan ta’at kepadaku. 
> Bagaimana ummatmu bisa berbahagia wahai Muhammad, sementara saya memerintah orang-orang miskin untuk meninggalkan sholat, dan saya berkata kepadanya, ‘sholat hanya kewajiban orang-orang yang diberi nikmat oleh Allaah.’ Saya pun berkata kepada orang yang sakit, ‘Tinggalkan sholat, karena sholat bukanlah kewajibanmu. Sholat hanyalah kewajiban orang-orang yang diberi nikmat kesehatan. Sebab Allaah sudah berfirman, “...........dan tidak mengapa bagi orang-orang yang sedang sakit.....” (QS. An-Nuur/24: 61). Kalau engkau sudah sembuh baru melakukan sholat.’ Akhirnya ia mati dalam keadaan (kondisi) kafir. Apabila ia mati dengan meninggalkan sholat ketika sedang sakit, maka ia akan bertemu Allaah dengan dimurkai.
> Wahai Muhammad, jika saya menyimpang dan berdusta kepadamu, maka hendaknya engkau memohon kepada Allaah agar saya dijadikan debu yang lembut. Wahai Muhammad, apakah engkau masih juga merasa gembira terhadap ummatmu, semenara saya bisa memurtadkan seperenam dari ummatmu untuk keluar dari Islam?”
> Kemudian Rosulullaah meneruskan pertanyaannya, “Wahai makhluk terkutuk, siapa teman dudukmu?”
> “Orang-orang yang suka makan riba,” jawab Iblis.
> “Lalu siapa teman dekatmu?” tanya Rosulullaah kembali.
> “Orang yang berzina,” jawabnya.
> “Siapa teman tidurmu?” tanya Rosulullaah.
> “Orang yang mabuk,” jawabnya.
 > “Siapa tamumu,” tanya Rosulullaah.
> “Pencuri,” jawabnya.
> “Siapa utusanmu?” tanya Rosulullaah.
> “Tukang sihir,” jawabnya.
> “Apa yang menyenangkan pandanganmu?” tanya Rosulullaah.
> “Orang yang bersumpah dengan talak,” jawab Iblis.
> “Siapa kekasihnu?” tanya Rosulullaah.
> “Orang yang meninggalkan sholat Jum’at,” jawabnya.
> “Wahai makhluk yang terkutuk, apa yang menyebabkan punggungmu patah?” tanya Rosulullah.
> “Suara ringkik kuda untuk berperang membela agama Allaah,” jawabnya.
> ”Apa yang menyebabkan tubuhnu meleleh?” tanya Rosul.
> “Tobatnya orang yang bertobat,” jawabnya.
> “Apa yang membuat hatimu panas?” tanya Rosulullaah.
> “Banyaknya istighfar kepada Allaah, baik di malam atau siang hari,” jawabnya.
> “Apa yang membuatmu merasa malu dan hina?” tanya Rosulullah.
> “Sedekah secara rahasia,” jawabnya.
> “Apa yang menjadikan matamu buta?” tanya Rosul.
> “Sholat di waktu sahur,” jawabnya.
>“Apa yang dapat mengendalikan kepalamu?” tanya Rosulullaah.
> “Memperbanyak sholat berjama’ah,” tuturnya.
> “Siapa orang yang paling bisa membahagiakanmu?” tanya Rosulullaah.
> “Orang yang suka meninggalkan sholatnya,” tuturnya.
> “Siapa orang yang paling celaka menurut engkau?” tanya Rosulullaah.
> “Orang-orang yang kikir,” jawabnya.
> “Apa yang menyita pekerjaanmu?” tanya Rosulullaah.
> “Majelis orang-orang mu’min,” jawabnya.
> “Bagaimana cara engkau makan?” tanya Rosulullah.
> “Dengan tangan kiriku dan jari-jemariku,” jawabnya.
> “Di mana engkau mencari tempat berteduh untuk anak-anakmu di waktu panas?” tanya Rosulullaah.
> “Di bawah kuku manusia,” jawabnya.
> “Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Tuhanmu?” tanya Rosulullaah.
> “Sepuluh macam,” jawabnya.
> “Apa saja itu wahai makhluk terkutuk?” tanya Rosulullaah.
> Iblis pun menjawabnya, “Saya meminta-Nya agar saya bisa berserikat dengan anak cucu Adam dalam harta kekayaan dan anak-anak mereka. Akhirnya Tuhan mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allaah yang artinya: “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” ([QS. Al-Isro’/17: 64)  
> Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allaah dari setan yang terkutuk. 
> Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allaah dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya, maka setan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan ta’at kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allaah dalamAl-Qur’an Surat Al-Isra’ /17 ayat 64, yang artinya: “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki.”
> Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar mandi. Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Saya memohon agar saya punya Al-Qur’an, maka sya’ir adalah Al-Qur’anku. Saya memohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku. Saya memohon agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang yang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar saya memiliki teman-teman yang menolongku, maka kelompok Al-Qodariyyah menjadi teman-teman yang membantuku. Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfakkan harta kekayaannya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku, ia kemudian membaca firman Allaah yang artinya, “Sesungguhnya pemboros-pewmboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’/17 ayat 27)
> Rosulullaah Saw berkata kepadanya, ‘Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari Kitab Allaah tentu aku tidak akan membenarkanmu.”  
 > Lalu Iblis berkata lagi, “Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allaah agar saya bisa melihat anak cucu Adam, sementara mereka tidak dapat melihatku. Kemudian Allaah menjadikan aku bisa mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku bisa berjalan ke mana pun sesuai kemauan diriku dan dengan cara bagaimana pun. Kalau saya mau dalam sesaat pun bisa. Kemudian Allaah Swt berfirman kepadaku, “Engkau bisa melakukan apa yang kau minta.” Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak dari pada orang yang mengikutimu. Sebagian besar anak cucu Adam akan mengikutiku sampai hari Kiamat.
> Saya memiliki anak yang saya beri nama ‘Atamah.’ Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan sholat Atamah (Isya’). Andaikan tidak karenanya tentu manusia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum menjalankan sholat. Saya juga punya anak yang saya beri nama ‘Mutaqadhi.’ Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan (ibadah) dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamerkan di tengah-tengah manusia, sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allaah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahalanya. Sehingga yang tersisa hanya satu pahala. Saya punya anak lagi yang bernama ‘Kuhyal,’ di mana ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang berada di majelis pengajian dan ketika Khotib sedang berkhutbah. Sehingga mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tdak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikit pun untuk selamanya.
> Setiap kali ada perempuan keluar mesti ada setan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Di mana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua setan itu kemudian berkata kepadanya, ‘Keluarkan tanganmu.’ Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya. 
> Wahai Muhammad, sesungguhnya saya tidak dapat menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan menganggu dan menghiasi. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bimi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allaah dan Muhammad adalah Utusan-Nya.’ Tidak akan ada lagi orang yang sholat dan berpuasa. Sebagaimana engkau ya Mihammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada siapa saja. Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Tuhan. Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang kafir pun di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (hujjah) Tuhan terhadap makhluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah di cap oleh Allaah sebagai orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia olah Allaah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allaah sejak dalam perut ibunya pula.”
> Kemudian Rosulullaah membacakan firman Allaah yang artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” (QS. Huud/11 ayat 118-119)
> Kemudian beliau melanjutkan dengan firman Allaah yanng lain:
“Dan adalah ketetapan Allaah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (QS. Al-Ahzaab: 38).
> Lantas Rosulullaah Saw berkata lagi kepada iblis, “Wahai Abu Murrah (Iblis), apakah engkau masih mungkin bertobat dan kembali kepada Allaah, sementara saya akan menjaminmu masuk Syurga?”
> Ia lantas menjawab, “Wahai Rosulullah, ketentuan telah memutuskan dan Kalam pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari Kiamat nanti. Maka Maha Suci Tuhan yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khotib para penduduk syurga. Dia telah memilih dan mengkhususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khotib para penduduk neraka. Saya adalah makhluk yang celaka dan terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu, dan saya mengatakan sejujurnya.”
> Segala puji bagi Allaah Tuhan semesta alam, awal dan akhir, dlahir dan bathin. Dan semoga sholawat dan salam sejahtera tetap kepada seorang Nabi yang ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya serta para Utusan dan Para Nabi. ‘Shodakallaahul ‘adziim.’ (Dikutip dari Buku ‘Misteri kun’ Syajarotul kaun, oleh Ibnu ‘Arobi as) 

Wassalammu’alaikum wr.wb.
melati

"Sholawat kepada Rosulullaah Saw."

Membaca Sholawat untuk Rosulullaah Saw

QS. 33 (Al-Ahzab) ayat 56, Allaah Swt berfirman yang artinya:
”Sesungguhnya Allaah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Sholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Hadits-hadits:
 
Dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash ra. Bahwasannya ia mendengar Rasulullaah Saw bersabda: ”Barang siapa membaca satu kali shalawat untukku maka Allaah Swt akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya.” (HR. Muslim)
 
Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasannya Rosulullah Saw bersabda: ”Manusia yang paling dekat dengan aku nanti pada hari kiamat yaitu mereka yang paling banyak membaca sholawat untukku.” (HR. At-Tirmidzy)
 
Dari Aus ra. Berkata, Rosulullaah Saw bersabda: ”Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kamu sekalian adalah hari Jum’at; oleh karena itu perbanyaklah membaca sholawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya bacaan sholawatmu itu diperlihatkan kepadaku.” Para shohabat bertanya: ”Wahai Rosulullaah, bagaimana bacaan sholawat kami diperlihatkan kepada tuan sedangkan jasad tuan sudah bercampur dengan tanah?” Beliau bersabda: ”Sesungguhnya Allaah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (HR. Abu Dawud) 
 
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rosulullaah Saw bersabda: ”Sungguh hina seseorang yang mendengar namaku disebut kemudian tidak membacakan sholawat untukku.” (HR. At-Turmudzy) 
 
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rosulullaah Saw bersabda: ”Janganlah kamu sekalian menjadikan kuburku sebagai tempat perayaan; bacalah shalawat untukku karena sesungguhnya bacaan sholawatmu itu akan sampai kepadaku di manapun kamu berada.” (HR. Abu Dawud} 
 
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rosulullaah Saw bersabda: ”Tiada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allaah mengembalikan nyawaku sehingga aku dapat menjawab salam kepadanya.” (HR. Abu Dawud) 
 
Dari ’Ali ra. berkata, Rasulullah Saw bersabda : ”Orang kikir yaitu orang yang bila mendengar namaku disebut, ia tidak membacakan shalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzy) 
 
Dari Fadlalah bin ’Ubaid ra. Berkata bahwasannya Rosulullaah Saw mendengar seseorang berdo’a sewaktu sholat dimana ia tidak mengagungkan nama Allaah Ta’ala dan tidak membacakan shalawat untuk Nabi Saw, kemudian Rosulullaah Saw bersabda: ”Orang ini sangat tergesa-gesa.” Beliau lantas memanggilnya dan bersabda kepadanya atau juga kepada yang lain: ” Apabila salah seorang antara kamu sekalian shalat maka hendaknya ia memulainya dengan memuji dan menyanjung Tuhannya Yang Maha Suci kemudian membacakan shalawat untuk Nabi Saw, baru setelah itu berdo’a sekendaknya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzy)
 
Dari Abu Mas’ud Al Badry ra. Berkata: Rosulullah Saw datang kepada kami sedang berada di majlis Sa’d bin ’Ubadah ra. Kemudian Basyir bin Sa’d bertanya kepada beliau: ”Allaah telah menyuruh kami untuk membacakan sholawat untuk tuan wahai Rosulullaah, lantas bagaimana kami membacakan sholawat untuk tuan?.” Kemudian Rosulullaah Saw diam, sehingga kami khawatir kalau apa yang ditanyakan oleh Basyir itu tidak berkenan di benak beliau, tetapi Rosulullaah Saw kemudan bersabda: ”Ucapkanlah: ’Allohumma sholli ’alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad kamaa sholaita ’alaa Ibrahiim wa’alaa aali Ibrahim, wabaarik ’alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad kama baarokta ’alaa Ibrahiim, Innaka hamiidum majiid’ (Wahai Allaah limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahnat kepada Ibrahim, dan limpahkanlah barokah kepada Muhammad sebagaimana Engkau telah melipahkan barokah kepada Ibrahim; sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung). Dan tentang ucapan salam maka sebagaimana apa yang telah kamu ketahui.” (HR. Bukhari-Muslim)
 
Rosulullaah Saw bersabda bahwa: ”Malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil dan Izro’il berkata kepadaku: yakni berkata Jibril as: ”Wahai Rosulullah, bahwa siapa yang membaca sholawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa ia melintasi titian seperti kilat menyambar. Berkata pula malaikat Mika’il as: Mereka yang bersholawat atasmu akan aku beri mereka minum dari telagamu. Berkata pula Isrofil as: Mereka yang bersholawat kepadamu, maka aku akan sujud kepada Allaah dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allaah Swt mengampuni orang itu. Dan malaikat Izro’il berkata pula: Bagi mereka yang bersholawat kepadamu , aku akan cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti mencabut ruh para Nabi.” (HR. Al-Hafidz Muhammad bin Abdul Wahid)  
 
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: 
”......Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi janju-Ku kepadamu, dan takutlah hanya kepada-Ku saja.” (QS. 2: 40)
 
Dari Abu Hurairah ra. Dari Rosulullaah Saw bersabda: ”Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji kepada Allaah maka tidak sempurnalah perbuatan itu.” (HR. Abu Dawud)
 
Dari Anas ra. berkata, Rosulullaah Saw bersabda: ”Sesungguhnya Allaah merasa puas terhadap hamba-Nya yang bila makan selalu memuji-Nya dan bila minum juga selalu memuji-Nya.” (HR. Muslim)

Sumber: 

Samudera Sholawat, oleh Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari

Sabtu, 22 Agustus 2009

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Assalammu'alaikum wr.wb.

Nasihat Imam Al-Ghazali

(hadits Qudsi)

Rosulullaah Saw. bersabda, Allaah Swt. berfirman:
“Wahai Anak Adam! Bersabarlah dan bertawadlu’lah, maka Aku akan mengangkat derajatmu. Bersyukurlah, Aku akan menambah bikmat-Ku, mohon ampunlah kepada-Ku, Aku akan mengampunimu. Bila kamu memohon kepada-Ku, Aku akan mengabulkanmu. Kembalilah (bertaubat) kepada-Ku, Aku akan menerima taubatmu. Mintalah kepada-Ku, Aku akan memberkahi rizkimu, bersilatur rahiimlah, Aku akan menambah umurmu. Mintalah kepada-Ku kesehatan, dan keselamatan, ikhlas dalam keinginan, wara’, bertaubat, dan kaya dalam qona’ah.”

“Wahai Anak Adam! Bagaimana kamuu beribadah sementara kamu dalam keadaan kenyang? Bagaimana kamu mencintai Allaah, sementara kamu juga mencintai harta? Bagaimana kamu bisa takut kepada Allaah, sementara kamu taku fakir? Bagaimana ingin waro’, sementra kamu begitu ambisi kepada dunia? Bagaimana menginginkan ridlo’, jika kamu bakhil? Bagaimana menginginkan surga, sementara cinta dunia menjadi kesenanganmu? Bagaimana ingin bahagia, sementara ilmumu sedikit?”

“Wahai manusia! Tiada kehidupan seperti keterta’atan, tiada waro’ seperti menjauhi dari (perbuatan) mengganggu, tiadaa cinta yang lebih tinggi dari pada tata krama, tiada penolong seperti taubat, tiada salah seperti rasa takut, tiada keberuntungan seperti kesabaran, tiada kebahagiaan seperti taufiq (pertolongan Allaah), tiada hiasan yang lebih indah dari pada akal, tiada teman yang lebih mmenyenangkan selain kesabaran.”

“Wahai Anak Adam! Curahkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Ku-penuhi hatimu dengan kekayaan, Ku-berkati rizkimu dan Ku-tempatkan di badanmu kelapangan. Jangan lupa mengingat-Ku, karena jika kamu melupakan-Ku hatimu akan Ku-penuhi kefakiran, badanmu Ku-penuhi dengan kelelahan, dan kepayahan, dan dadamu Ku-penuhi dengan kesedihan. Saeandainya kamu tahu sisa umurmu, niscaya kamu tidak akan menuruti anganmu.” 

"Wahai Anak Adam! Dengan kesehatan yang Ku-berikan kepadamu, kamu dapat melakukan ta’at kepada-Ku, dengan taufik-Ku, kamu dapat melaksanakan kewajibanmu. Dengan rizki dan kehendak-Ku, kupenuhi keinginanmu, kamu tinggalkan maksiat, dengan nikmat-Ku kau berdiri dan duduk kembali. Dalam pangkuan-Ku kamu masuk pagi dan sore hari, dengan keutaman-Ku kamu hidup, dengan ni’mat-Ku kamu bergelimang, dengan kesehatan dari-Ku kamu menjadi tampan. Lalu mengapa kamu melupakan-Ku, tidak mensyukuri ni’mat-Ku, juga tidak menunaikan hak-Ku?”

“Wahai Anak Adam! Maut membuka rahasiamu, kiamat mengungkapkan beritamu, siksa mematahkan tabirmu. Bila kamu melakukan dosa, janganlah dilihat kecilnya, tetapi lihatlah Dzat yang kamu durhakai. Bila kamu diberi rizki sedikit, janganlah dilihat sedikitnya, tapi lihatlah yang memberi. Janganlah meremehkan dosa kecil, karena kamu tidak tahu dengan dosa mana kamu mendurhakai-Nya. Janganlah merasa aman dari murka-Ku, karena makar-Ku lebih lembut daripada rayapan semut di atas batu hitam di malam hari yang gelap.”

“Wahai Anak Adam! Apakah kamu mendurhakai dan ingat kemurkaan-Ku Apakah kamu menyantuni orang-orang miskin? Apakah kamu mengakhiri dari apa yang aku larang? Apakah kamu telah melakukan kewajiban sebagaimana Aku perintahkan? Apakah dari hartamu kamu menyantuni orang-orang miskin? Apakah kamu berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat jahat kepadamu? Apakah kamu mema’afkan orang-orang yang menzholimimu? Apakah kamu menyambung orang yang memutuskan hubungan kepadamu? Apakah kamu berbuat adil kepada orang yang berkhianat kepadamu? Apakah kamu mengajak berbicara orang yang menyeterumu? Apakah kamu telah mendidik anak-anakmu? Apakah kamu telah membuat tetanggamu ridlo’? Apakah kamu telah bertanya kepada ulama tentang persoalan agama dan duniamu? Aku tidak melihat rupamu dan tidak pula melihat ketampananmu, tetapi Aku melihat hatimu dan Aku rela kepadamu karena perkara-perkara ini.”


“Wahai orang yang beriman! Bedzikirlah dengan menyebut asma Allaah sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah pada pagi dan sore hari. [Qs. 33.Al-Ahzab: 42-42]. Wahai penguasa Musa ibnu Imron! Dengarlah ucapan-Ku, Aku adalah Raja yang dita’ati. Di antara kita tidak ada perantara. Kabarkanlah pada para pemakan riba, tentang kemurkaan Tuhan dan siksaan neraka berlipat gnda.”

“Wahai Anak Adam! Bila kamu melihat cela manusia dan lupa akan celamu, berarti kamu telah membuat setan ridlo’ dan membuat Tuhan murka.”

“Wahai Anak Adam! Lisanmu itu serigala, ia akan membunuhmu, karena kehancuranmu itu terletak pada lepasnya lisanmu.”


“Wahai anak Adam! Harta itu milik-Ku dan kamu adalah hamba-Ku. Tiada bagimu dari harta-Ku selain dari apa yang kamu makan, lalu sirna, atau apa yang kamu pakai lalu lapuk, atau apa kamu sedekahkan, lalu abadi. Jadi antara kamu dan Aku ada 3 (tiga) bagian; satu milik-Ku, satu milikmu, satu lagi ada diantara Aku dan kamu. Yang ada pada-Ku adalah milikmu, sementara yang menjadi milikmu adalah amalmu. Adapun yang ada di antara Aku dan kamu adalah do’a, dan Aku mengabulkan.”

“Wahai Anak Adam! Waro’lah dan jadilah orang yang menerima, maka kamu akan melihat-Ku, sembahlah Aku, maka kamu akan datang kepada-Ku, carilah Aku, maka kamu akan mendapati-Ku.”

“Wahai Anak Adam! Bila kamu penguasa yang masuk neraka karena kezoliman atau seperti orang Arab yang masuk neraka karena fanatik, atau ulama karena hasut, pedagang karena khianat, orang desa karena bid’ah, orang ibadah karena riya’, orang kaya karena sombong, orang fakir karena dusta, maka siapakah yang mencari surga?” 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allaah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah mati kecuali dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. (QS.3.Ali Imron: 102)

Allaah Swt. berfirman: “Barangsiapa mencari popularitas dengan ‘amalnya, ia ibarat orang yang memindahkan gunung dengan cara memikulnya. Ia akan bersusah payah dan sia-sia, karena tidak satupun dari ‘amalnya yang diterima.”

“Wahai anak Adam! Aku tidak menerima amalan seseorang kecuali dia melakukannya, dengan ikhlas, maka beruntunglah mereka yang ikhlas.”

“Wahai anak Adam! Jika kamu melihat kekafiran datang, maka berkatalah, ‘Selamat datang rambu-rambu orang-oang yang sholih.’  Sebaliknya, jika kamu melihat kekayaan datang, maka berkatalah, ‘Itulah dosa-dosa yang mempercepat siksaan.”

Terimakasih, semoga berkenan

Salaam

Melati

Jumat, 21 Agustus 2009

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Allohummasholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad

Assalammu’alaikum wr.wb.

*) Munajat:

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi ra. dalam munajatnya berkata:
1. “Wahai Tuhanku, tiada keindahan malam, kecuali dengan bermunajat kepada-Mu;
2. Tiada keindahan siang hari, kecuali dengan ta’at kepada-Mu;
3. Tiada keindahan dunia, kecuali dengan dzikir kepada-Mu;  
4. Tiada keindahan akhirat, kecuali dengan ampunan-Mu; dan
5. Tiada keindahan surga itu, kecuali dengan melihat-Mu.”

*) Rosulullaah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu dilaknat; sesuatu yang ada padanya juga dilaknat, kecuali dzikir kepada Allaah, sesuatu yang dicintai-Nya, orang ‘alim; dan orang yang menuntut ‘ilmu.” [HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majjah]

*) Sedangkan munajat Imam Ali ra. adalah:
“Bukankah Engkau telah mendengar dengan kekuatan-Mu
Wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do’a orang yang lemah
Yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan
Penuh dengan keprihatinan.

Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari
Dalam kesungguhan berdo’a kepada-Mu
Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia
Tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku,
Karena aku benar-benar memohon keselamatan dengan ampunan-Mu.

Aku datang pada-Mu dengan diiringi cucuran air mata,
Oleh karena itu, kasihanilah tangisku ini karena malu kepada-Mu
Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu,
Aku sekarang berada dalam kebingungan.
Sedangkan Engkau adalah Dzat pembebas kebingungan

Aku sakit, sedang Engkau adalah obat penawar sakitku,
Yaa Allaah, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan,
Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap
Agar Engkau mau memenuhi harapanku.

Balasan yang layak bagiku tiada lain Engkau menyiksaku,
Akan tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik.

Wahai tumpuan harapanku,
Engkau telah mengistimewakan junjunganku,
Dengan pemberian ma’af atas diriku, karena aku sekarang
Berada di tengah musibah yang menimpaku.”

Salaam

melati

Bismilaahir Rohmaanir Rohiim

Assalammu'alaikum wr.wb.

Allohummasholli'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad

Puasa Ramadlan


Marhaban ya Romadlon, marhaba yaa syahrul siaami.

*) Saum Ramadlan telah masuk, setiap muslim yang baligh dan sehat diwajibkan untuk melaksanakan saum romadlon sebagaimana firman Allaah Swt. : “Romadlon, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.” [QS. 2/Al-Baqoroh: 185]

Dengan demikian, jika telah meyakini masuknya bulan Romadlon baik melalui penglihatan hilal oleh dirinya maupun oleh orang lain yang adil, maka wajin baginya berpuasa. Dia harus berniat terlebih dahulu di malam hari, dimulai sejak terbenam matahari sampai terbit fajar bahwa dia akan berpuasa besok hari di bulan Romadlon.
Demikian seterusnya setiap hari sampai bulan Romadlon berakhir.

Jika dia melanggar ketentuan tersebut, maka puasanya batal. Jika dengan alasan yang dibenarkan dia berbuka, maka dia harus menggantinya (qodlo’). Dan jika pada siang hari dia berhubungan badan, maka dia harus membayar kifarat, yaitu memerdekakan budak muslim. Jika tidak mampu (tidak ada), maka dia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut, dan jika tidak mampu juga, maka hendaklah dia memberi makan orang miskin yang masing-masing mendapatkan satu mud makanan (= 173 dirham), atau setengah sha’ kurma, atau gandum, atau jika tidak ada kurma dan gandum, maka boleh memberi makanan pokok, dan jika tidak mendapatkannya juga, maka kewajiban itu gugur, tetapi hendaklah dia memohon ampunan kepada Allaah dan bertobat kepada-Nya, tidak mengulanginya dan senantiasa berbuat baik. Selanjutnya, dia harus berusaha menghindari berdekatan, atau mencium istrinya pada siang hari di bulan Romadlon.

Dianjurkan pada siang hari di bulan Romadlon untuk tidak menggosok gigi atau mencicipi makanan, ghibah, mengadu domba, dusta, dan lain sebagainya. Dan disunahkan untuk menyegerakan berbuka kecuali pada saat cuaca mendung, maka mengakhirkannya adalah lebih baik. Disunahkan juga untuk mengakhirkan makan sahur, kecuali bagi orang yang tidak mengetahui waktu terbit fajar. Diutamakan untuk berbuka puasa dengan makan kurma dan air putih, dan diperintahkan ketika hendak berbuka puasa berdo’a terlebih dahulu seperti yang diajarkan oleh Rosulullaah Saw.

Hal itu didasarkan atas sabda Rosulullah Saw.: 
“Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, lalu tiba waktu berbuka, maka hendaklah dia mengucaplan, ‘Dengan menyebit asma Allaah, yaa Allaah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Maha suci Engkau dan segala puji hanya bagi-Mu. Yaa Allaah, terimalah semua amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

*) Sabda Rosulullaah Saw., Allaah Swt. berfirman:
“Setiap kebaikan sepuluh sampai tujuh ratus lipat balasannya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.”  
Kata Rosulullaah Saw.:
“Setiap sesuatu mempunyai pintunya (sendiri), dan pintu ibadah adalah berpuasa.”

Puasa dikhusukan seperti ini karena dua hal, yaitu:
- Pertama, Ia condong pada penahanan diri. Ia merupakan amal yang bersifat rahasia yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali Allaah Swt. Ia tidak seperti sholat, zakat, dan lainnya.
- Kedua, ia mengatasi musuh Allaah. Karena sesungguhnya setan adalah musuh. Musuh tidaklah kuat kecuali dengan perantaraan syahwat. Sedangkan lapar memecahkan semua syahwat yang merupakan alat-alat setan.

Untuk itu Rosulullaah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya setan bergerak dalam diri manusia bersama aliran darah. Maka, persempitlah ruang gerak setan itu dengan lapar.”

Ini merupakan rahasia sabda Nabi Saw.:
“Bila datang bulan Ramadlan, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunsi, dan setan dibelenggu. Ada suara yang menyeru, ‘Hai pencari kebaikan, kemarilah! Dan, ‘Hai pencari keburukan, engkau dibatasi.’.“  

Ukuran puasa itu ada tiga tingkat, dan rahasia puasa ada tiga tingkat pula. Ada pun tingkat kadar puasa, yang paling sedikit adalah hanya puasa di bulan Ramadlan. Sedangkan yang paling tinggi adalah puasa Dawud, yakni berpuasa sehari dan berbuka sehari. Di dalam hadits shohih disebutkan bahwa puasa Dawud lebih utama daripada puasa setahun penuh, dan ia merupakan puasa yang paling utama. Rahasianya adalah bahwa orang yang berpuasa setahun penuh akan menjadikan puasa itu menjadi kebiasaan sehingga tidak merasakan kepayahan di dalam jiwanya. Dan hatinya tidak merasakan kejernihan, serta syahwatnya tidak merasakan kelamahan. Karena sesungguhnya nafsu hanya terpengaruh dengan sesuatu yang memecahkannya, bukan dengan sesuatu yang menjadi kebiasaannya.

Dan ini adalah rahasia sabda Nabi Saw. kepada ‘Abdullah bin ‘Umar ra. tatkala dia bertanya Nabi Saw. tentang puasa. Nabi Saw. bersabda, “Berpuasalah sehari dan berbukalah sehari (puasa Nabi Dawud).” ‘Abdullah berkata, ‘Aku menginginkan yang lebih utama dari itu.’ Nabi Saw. bersabda, “Tidak ada yang lebih utama dari itu.” Oleh karena saat diberitahukan kepada Rosulullaah Saw., ‘Sesungguhnya Fulan berpuasa setahun penuh.’ Nabi Saw. bersabda, “Dia tidak berpuasa dan tidak berbuka.” Sebagaimana dikatakan oleh ‘Aisyah ra. tentang seseorang yang membaca al-Qur’an dengan sangat cepat, “Sesungguhnya orang itu tidak membaca dan tidak pula diam.”

Adapun tingkatan pertengahan adalah hendaknya berpuasa sepertiga tahun, sebagaimana biasa dilakukan, yaitu puasa Senin-Kamis dan ditambah puasa Ramadlan, maka berarti telah berpuasa dalam setahun sebanyak empat bulan empat hari (124 hari), itu sudah lebih dari sepertiga tahun. Namun dikurangi satu hari dari hari tasyrik, dan dikurangi lagi dengan dua hari raya (hari ‘Ied).

Adapun tingkat rahasia puasa ada tiga:
Pertama, yang paling rendah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan dan tidak menahan anggota tubuh dari hal-hal yang dimakruhkan. Itu adalah puasanya orang awam, yaitu mereka yang puas hanya dengan nama: ‘puasa’.

Kedua, hendaknya ditambahi dengan menahan anggota tubuh. Misalnya, menjaga lisan dari ghibah (mengumpat); menjaga pandangan dari zina mata; dan demikian pula dengan anggota tubuh lainnya. 

Ketiga, engkau menambahinya dengan memelihara hati dari berpikir dan was-was, serta menjadikannya hanya untuk berzikir kepada Allaah ‘Azza wa Jalla. Hal itu merupakan puasanya orang-orang istimewa dan itulah yang sempurna.  

Kemudian puasa juga harus diakhiri dengan sesuatu yang menyempurnakannya. Yaitu, hendaknya berbuka dengan makanan yang halal, bukan syubhat. Hendaknya tidak memperbanyak memakan yang halal sehingga menutupi apa yang telah dilewatinya pada waktu dluha.
Apalagi mengumpulkan porsi dua kali makan untuk sekali makan sehingga memberatkan lambung dan menguatkan syahwatnya, yang akibatnya akan membatalkan rahasia dan fungsi puasa, serta mengakibatkan malas untuk bertahajud. Bahkan, terkadang tidak bangun tidur sebelum subuh. Semua itu merupakan kerugian dan barangkali tidak meraih fungsi puasa.

*) “Puasa merupakan pendekatan diri hamba kepada Allaah, sambutan pelayanan, ketulusan penghambaan, dan pemenuhan hak-hak-Nya. Puasa adalah menahan lapar, haus, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar hingga matahari terbenam untuk meraih ridlo’ Allaah.” (Abu Tholib al-Makki)

Secara khusus, puasa (shaum) berarti menjaga enam organ badan, yaitu:
(1) menjaga pandangan dari melihat sesuatu yang tidak pantas (maksiat);
(2) menjaga pendengaran darisesuatu yang haram; dosa atau pembicaraan yang bathil;
(3) menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak berguna;
(4) menjaga hati dari niat buruk dan pikiran yang menyimpang, serta menanggalkan angan-angan yang tiada bermanfa’at;
(5) menjaga tangan dari sesuatu yang haram; dan 
(6) menjaga kaki dari melangkah ke tempat yang tidak diperintahkan, tidak dianjurkan, dan menyimpang dari kebaikan.

Barangsiapa secara sukarela berpuasa dengan enam organ di atas, serta berbuka dengan dua organ yang lain, yaitu makan dan minum dengan mulut, atau bersenggama, di sisi Allaah dia adalah orang yang memperoleh keutamaan dalam puasanya. Sebab, dia termasuk orang-orang yang yakin (muuqiniin) dan menjaga hukum-hukum Allaah. 

Barangsiapa berbuka dengan enam organ ini, atau sebagiannya, dan berpuasa dengan dua organ yang lain, yakni perut dan kemaluan, dia tidak menyia-nyiakan hal-hal yang telah dijaganya. Namun, dalam pandangan ulama (ahli ma’rifat), orang ini tidak berpuasa, meskipun dia merasa dirinya telah berpuasa.

Abu Al-Darda’ berkata:
“Betapa indahnya tidur orang-orang bijaksana (akyaas), bagaimana mereka mencela sholat dan puasa orang-orang bodoh. Sungguh, secuil ketaqwaan lebih utama daripada segunung ibadah orang-orang yang terkelabui”

Tiga tingkatan orang yang berpuasa:
Perumpamaan orang yang berpuasa dengan menahan diri dari makan tetapi berbuka dengan melanggar perintah Allaah adalah seperti orang yang berwudlu’ dengan mengusap setiap organ badan sehingga sholatnya tidak sah akibat kebodohannya.

Sementara itu, perumpamaan orang yang berbuka dengan makan dan bersenggama, tetapi berpuasa dengan menahan organ-organ badannya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang adalah seperti orang yang berwudlu dengan membasuh setiap organ tubuhya masing-masing sekali lalu mendirikan sholat. Dia kehilangan keutamaan dari bilangan dalam wudlu’. Lesuali dia menyempurnakan keridlo’an dengan mengerjakan kebajukan. Sholatnya diterima karena memenuhi hukum-hukumnya. Dengan demikian, dia berbuka dalam kelapangan, dan berpuasa dalam keutamaan.  

Sedangkan perumpamaan orang yang berpuasa dari makan dan bersenggama dan juga berpuasa dengan menahan enam organ tubuhnya dari perbuatan-perbuatan dosa adalah seperti orang yang berwudlu’ dengan membasuh setiap organ tubuhnya masing-masing tiga kali. Dengan demikian, dia telah menggabungkan fardlu’ dan keutamaan serta menyempurnakan perintah dan amalan sunnah. Dan dia termasuk orang-orang yang mengerjakan kebajikan (muhsiniin). Dalam pandangan ulama, dia adalah orang yang benar-benar berpuasa. Inilah puasa orang-orang yang dipuji dalam Al-Qur’an dengan sebutan orang-orang yang berakal (uluu-l al-baab).

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Puasa merupakan perisai selama tidak dirusak dengan dusta dan pergunjingan.”

Bisyr bin Al-Harits meriwayatkan bahwa Sufyan Al-Tsauri berkata, ‘Barang siapa bergunjing, ruskalah puasanya.’

Dan Al-Laits meriwayatkan bahwa Mujahid berkata, ‘Ada dua perbuatan yang merusak puasa, yaitu pergunjingan dan dusta.’

Sedangkan Jabir meriwayatkan bahwa Rosulullaah Saw. bersabda:
“Ada lima hal yang membatalkan puasa, yaitu dusta; pergunjingan; fitnah; sumpah palsu; dan pandangan yang disertai dorngan syahwat.”

Salam hadits lainnya, ‘Barangsiapa bergunjing, puasanya terkoyak. Dia harus menambal puasanya dengan istighfar.’

Dan sabda Rosulullaah Saw. bersabda:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, Allaah tidak berhajat kepadanya meskipun dia tidak makan dan minum.”

Seorang ulama berkata, ‘Pada ssat dihisab, di antara manusia ada orang yang disempurnakan puasanya dari satu bulan Ramadlan dengan sepuluh dan dua puluh Ramadlam. Begitu juga ibadah-ibadah fardlu’ yang lain, yaitu sholat dan zakat. Jika didapati tidak sempurna, ibadah fardlu’ itu disempurnakan dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya.’



Karena tujuan puasa bukanlah hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, melainkan menghindari perbuatan-perbuatan dosa, sebagaimana tujuan sholat bukanlah sekedar melaksanakan kewajiban, melainkan agar mencegah perbuatan keji dan munkar.

Karena Rosulullaah Saw. bersabda:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, Allaah tidak berhajat kepadanya meskipun dia tidak makan dan minum.”

Dan semoga kita tidak termasuk seperti yang disebutkan dalam hadits bahwa, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus dari puasanya.”

Semoga kita diberikan Allaah kekuatan untuk menjalankan puasa sebagaimana yang disunnahkan Rosulullaah Saw. dan puasa kita mendapat ridlo’ dari-Nya, amiin.

"Mohon ma'af lahir dan bathin."


Wassalaam wr.wb.

melati